Selasa, 28 April 2009

Biar Cinta Baca..

Kisah Ori dan kekutubukuannnya yang makin menjadi-jadi itu, tentu membuat saya jadi suka termasuk golongan ibu-ibu sombong (maksudnya di omong-omong ke banyak orang gitu...abis kayaknya sah-sah aja deh ibu-ibu sombong soal anaknya, biarpun mungkin sebetulnya kemampuan sang anak standar-standar aja hehe..)
Hingga suatu hari, seorang teman bertanya, kok anaknya yang duduk di kelas 2 SD susah banget ya disuruh baca, kok gak suka baca lama-lama, gimana sih caranya biar sang anak senang baca?

Saya berpikir, mengurut ulang kejadian beberapa tahun kebelakang ..
bagaimana awalnya Ori jadi suka baca begitu rupa, padahal rasanya semua anak yang lahir normal ya lahir dengan kemampuan yang rata-rata deh..standar maksudnya sama-sama gak bisa apa-apa
Kenapa ya ?
Gimana ya?
Saya bukanlah pakar pendidikan maupun psikolog, tapi saya ingat-ingat sejak kecil saya memang senang sekali membaca (terimakasih buat ayahanda bapak Djochan tercinta yang mantan wartawan sehingga kami sekeluarga sejak dulu biar hidup standar tapi gak pernah kekurangan bahan bacaan....minimal koran gratis jatah dari kantornya bapak hehehe..)
Ketika duduk di bangku SMP bahkan saya merelakan semua uang saku untuk ditabung di kotak pensil hanya supaya bisa beli majalah Hai atau buku serial Trio Detektif.
Sehingga ketika saya punya anak, keinginan saya tak muluk-muluk, saya hanya ingin seperti bapak dan mamah yang selalu support untuk masalah pendidikan dan buku!!
Saya sudah membacakan cerita pada Ori sejak lahir (harusnya malah Bunda bacakan cerita sejak kamu dalam kandungan sayang...tapi ma'af Bunda suka gak punya waktu...)
Saya membiasakan Ori memainkan mainan berupa buku-buku khusus untuk bayi, baik terbuat dari kain maupun plastik (alhamdulillah waktu itu dapet barang obralan di BSM, rada kucel gitu deh...tapi lumayan setelah dicuci oke kok)

Jadi kalau ditanya, bagaimana caranya menanamkan cinta buku atau biar anak cinta baca, saya sulit merumuskannya dalam bahasa baku gaya para psikolog.
Tapi yang jelas menurut saya, kesimpulannya kurang lebih
1. Tanamkan cinta baca sejak dini, misal dengan dongeng
2. Ciptakan lingkungan yang mendukung (jangan mimpi anak suka baca, kalau ortu gak pernah baca, apalagi kalau ortu hanya baca tabloid gosip atau koran "pelat merah"), intinya Ortu harus jadi model
3. fasilitasi (apa yang mau dibaca anak, kalau tak ada bahan bacaan, gak papalah...kalau gak sanggup beli masa gak sanggup minjem atau cari obralan deh..lumayan kok buku kan gak kayak koran harus up date)

Jadi, yang terpikir oleh saya saat sang teman bertanya tersebut, adalah balik bertanya "orang tuanya suka baca gak.....???" sang teman langsung ketawa ngakak, nah kan! sudah terjawab kalau begitu jelas deh..kenapa anaknya tak terlalu suka baca buku

Cinta baca....

Memasuki pertengahan semester genap, Ori makin menampakkan minat baca yang tinggi. "aku suka pelajaran bahasa Indonesia..." begitu ceritanya pada saya di suatu hari, "kenapa?" tanya saya, "abis seru banyak nulis, baca, pokoknya seru deh..."
Setiap hari jika dijemput mobil jemputan sekolah, yg di cek dalam tasnya adalah apakah sudah bawa buku bacaan untuk hari ini ? "Bunda, kalau pagi-pagi jemputan masih sepi, jadi aku bica tenang baca ..." begitu alasannya

Suatu hari saya menemukan obral buku di Gramedia berupa buku-buku karya Astrid Lingrend penulis asal Swedia, penulis favorite saya ketika kecil selain Enyd Blyton. Astrid seperti juga Enyd Blyton (sang pengarang serial Lima Sekawan yg legendaris) memang mengkhususkan diri menulis cerita anak-anak. Obral buku karya Astrid ini berupa serial cerita anak-anak Bullerbyn, sebuah petualangan sekelompok anak kampung Bullerbyn nun di Swedia sana. Melihat harganya hanya Rp. 15.000,- (plus disc 20% jadi harganya Rp. 12.000), saya beli juga tuh buku inget Ori, pasti Ori suka buku jenis seperti ini pikir saya waktu itu. Bukunya kira-kira sekitar 50 halaman.

Keesokan paginya, Ori dengan ceria membawa buku tersebut ke sekolah untuk dibaca di mobil jemputan. Malam ketika kami bertemu kembali, saya bertanya penuh antusias,
"gimana bukunya seru gak?? suka gak kisahnya?"
"aku suka Bunda.."
"sudah sampai mana ?"
"sudah selesai.."
" masa sih.." ujar saya heran
"iya, kan aku baca di jemputan pergi sama di jemputan pulang" , jarak rumah dan sekolah memang cukup jauh tetapi saya pikir, masa sih Ori sudah bisa baca buku setebal itu?
"bener deh Bun, aku sudah tahu ceritanya gimana, tapi lupa nama-namanya abis susah susah namanya.." begitu celotehnya dan meluncurlah kisah ulang isi buku tersebut
Subhanallah...anak saya (yang rasa-rasanya baru kemarin diambil dari rumah sakit pasca dilahirkan hehe..), kok sudah bisa baca buku seperti itu?

Apa sih yang paling dibanggakan oleh seorang ibu ?
kalau jenis ibu-ibu seperti saya sih, ya itu anak yg cerdas, senang membaca rasanya wuah..tak terkira bangganya
Di rumah kami, tak ada barang berharga selain buku (maksudnya saya lebih menganggap buku -buku saya dan Ori jauh lebih berharga dari televisi 14 in kami bahkan mungkin dari motor Yamaha Vega suami saya hahahaha....)
Kadang-kadang, saya yang sering menyatakan diri sebagai golongan ibu-ibu rasional, tetap suka gak rasional jika menemukan obral buku, apalagi jika itu obral buku anak-anak, yang tadinya bilang "gak punya uang" (saat ada yang menawari cicilan barang meski tak seberapa), tapi bisa berubah cepat jadi "rasanya masih ada uang" jika menemukan obral buku murah. Dasar ibu-ibu payah ya ?? gak konsisten!! semua rencana bisa buyar hanya karena atas nama cinta dan sayang anak..