Rabu, 19 November 2008

Sang Calon Astronout (2)

"Bunda, planet apa coba yang gak bisa dilihat"

"Planet apa ya......????!!???"

"Planet bumi dong, kan kita tinggal di bumi.."

"Oh iya ya...."

"kalau Bunda mau lihat planet bumi, harus pakai teropong yang panjaaaaang ....sekali, terus teropongnya dibengkokkan ..."

"oooooh gitu...kata siapa ?"

"itu ide aku sendiri...hehehe..."

"??!!%#$@??????"

Jagoan Perempuan..

"Bunda, aku mau jadi jagoan perempuan kayak Kim Possible.."

(hayooo...siapa yang gak tahu Kim Possible..)

"aku juga mau kayak Mulan, jagoan perempuan yang berani perang.."

begitulah Ori memberikan alasan ketika dia memutuskan memilih Taekwondo sebagai ektra kurikulernya di sekolah.

"kakak yakin mau ikut taekwondo ?" saya berusaha membantu Ori agar tidak salah memilih tanpa ikut campur pada pilihannya

"Yakin gak ikut ekskul gambar saja, kan Ori senang menggambar.."

"Enggak ah Bun...kan aku sudah bilang mau jadi jagoan perempuan.."

Setiap Jum'at sore Ori mengikuti latihan taekwondo sepulang sekolah. Setiap habis latihan, saya menanyakan kebisaan apa yang sudah dipelajari selama latihan.

"Bunda, aku sudah bisa begini nih..." (Ori melakukan tendangan bebas seperti taekwondoin nasional...duh lagaknya anakku...yang ingin jadi jagoan perempuan..)

Memasuki bulan ke tiga masa latihan taekwondo, Ori berbisik-bisik setelah saya tanya seperti biasanya, "tadi latihan apa Kak ?"

"Bunda, boleh gak ya aku ganti ekskul ?"

"Lho...kenapa mau ganti ?"

"Aku ingin ikut sanggar Rumah Pencil aja" (Rumah Pencil adalah sanggar lukis, gambar dan aneka kreativitas yang bekerjasama dengan sekolahnya)

"iya, tapi kenapa gak mau latihan taekwondo lagi ?"

"Ake capek kalau abis latihan suka ngantuk terus, ini betis aku juga sakit semua..?"

"Jadi batal jadi jagoan perempuan nih ?"

"hehheheeeheheehehe.....tetep mau sih ?"

"Ya sudah nanti Bunda bilang Bu guru di buku komunikasi kalau Ori mau ganti ekskul, tapi boleh gak sama bu guru ?"



Dan....

jadilah sang calon jagoan perempuan mengikuti ekskul sanggar krativitas

Setiap hari jum'at sore sepulang kantor, yang muncul adalah pameran hasil kreativitas.

"senang gak ikut Rumah Pencil ?"

"senang dong.....eh, tahu gak Bun kan kakak yang ngajarnya namanya kak Lucky, baik deh orangnya, terus ya aku diajarin bikin ini nih..." Ori menunjukkan kartu pop up hasil kayanya

"nanti aku mau kasih lihat sama Ayah, kan ini aku buat sendiri " ujarnya bangga



Duuuhhh....dasar anak-anak....

di usia seperti Ori, memang minat anak masih berkembang sehingga sebagai orang tua saya hanya dapat mendukung apapun yang diminatinya selama positif



"Bunda, aku tetep bisa jadi jagoan perempuan gak kalau gak latihan taekwondo lagi ?"

itu pertanyaan Ori beberapa minggu setelah ikut ekskul sanggar kreativitas

"ya bisa dong, kan jagoan perempuan bukan hanya yang pinter taekwondo, memangnya yang disebut jagoan itu yang pinter berkelahi saja seperti Kim Possible atau Mulan?"



Panjang lebar saya bercerita bahwa, jagoan perempuan itu artinya perempuan yang punya keahlian apapun itu selama bermanfaat bagi orang lain dan dirinya

"berarti kalau aku pinter bikin-bikin apaaaa.. gitu.....aku juga tetep jagoan perempuan dong"

"iya dong....asal rajin, kakak pasti bisa jadi jagoan perempuan "



Sebenarnya sih, saya yang memotivasi Ori untuk jadi anak perempuan pemberani, dengan memilihkannya tontonan video Kim Possible dan Mulan. Niatnya sih hanya ingin memotivasi Ori agar tidak menjadi penakut karena keperempuanannya. Insya Allah dengan do'a Ayah dan Bundanya, dengan ridho Allah, keinginan Ori untuk menjadi jagoan perempuan akan tercapai
(gak jadi jagoan perempuan juga Bunda tetep sayang dan bangga sama kamu, nak!!)

Jumat, 14 November 2008

Sang calon Astronout

"Bunda, tahu gak kita ada di galaksi apa coba....???"
"Bima Sakti"
"kok Bunda tahu sih..."
"kan Bunda juga dulu sekolah dong..."
"Bunda tahu gak planet yang paling jauh itu apa "
"pluto!!.."
"salah...sekarang planet pluto itu sudah gak ada tapi sudah berubah jadi planet kurcaci"
"oooo....Bunda baru tahu.."
"Bunda, coba planet apa yang paling nyaman untuk tinggal ??"
"Bumi dong, kan di bumi ada oksigen bisa bikin manusia hidup.."
"ih, Bunda pinter deh..."
"iya dong...Bunda kan masih ingat pelajaran sekolah dulu..."
"Bunda tahu gak yang disebut planet merah itu apa?"
"....hhhmmm...apa ya..."
"kalau planet yang paling panas selain matahari apa coba ?...terus yang suka disebut planet cantik itu planet apa hayo...kalau yang punya cincin planet apa ...???"
Selanjutnya celotehan Ori tak terbendung untuk menjelaskan bahwa planet ini begini, planet itu begitu, planet ini warna nya merah karena...bla...bla...bla.....panjaaaaaang....

Tiba-tiba saya blank....mendengar serentetan pertanyaan itu
Tiba-tiba kebanggaan akan masih adanya sisa pengetahuan yang menempel di otak langsung menguap entah kemana...
percakapan itu tak henti-hentinya keluar dari mulut Ori selama perjalanan pulang dari rumah neneknya ke rumah kami (Ori biasa pulang sekolah ke rumah neneknya dan saya akan menjemputnya setiap pulang kantor...biasa...problem ibu bekerja..)

Sejak usia 3 tahunan, Ori menunjukkan minat yang cukup tinggi pada cerita tata surya dan seputar ruang angkasa. Setiap ditanya cita-citanya selalu dijawab mantap, Jadi Astronout!! katanya (do'a Bunda selalu menyertaimu nak!! Puji syukur ya Allah....telah Kau karuniakan anak cerdas kepadaku..). Itu sebabnya ketika tema di sekolah bulan ini adalah The miracle of universe, klop sudah! Aneka planet itu jadi topik favoritenya (dan Ibunya makin merasa kerdil...)

Tiba-tiba saya menyadari, bahwa menjadi orang tua cerdas saat ini adalah sebuah tuntutan. Bagaimana bisa mengajari dan membimbing anak belajar jika kemampuan kita terbatas. Bagaimana bisa menjadi teman berdiskusi anak, jika apa yang didiskusikan tidak dikuasai.
Sering orang tua merasa bahwa dirinya jauh lebih cerdas dibanding anak-anaknya dengan dalih, orang tua sudah banyak makan "asam garam" kehidupan, pernah sekolah sampai strata tertentu, sudah pernah ini, sudah pernah itu....dan berbagai alasan lain yang intinya, "Ayah dan Ibu lebih tahu dong.."

Tapi tunggu dulu.....
ini jaman yang berbeda bu! pak!
Anak-anak sekarang selain banyak mendapat stimulasi dari lingkungan, mereka juga berkembang di tengah suasana dan lingkungan yang jelas-jelas berbeda dengan masanya kita
Dimana arus informasi begitu cepatnya berkembang, dimana jaman makin maju, dan kita tak dapat mencegah itu semua

Jadi, tak ada cara lain, selain menjadi orang tua yang cerdas yang mau belajar bersama-sama anak. Tak perlu malu mengakui bahwa kita tak lebih banyak tahu daripada anak dalam beberapa hal. Rasanya akan lebih baik terlihat sedikit tidak tahu di depan anak, daripada terlihat sok tahu di depan mereka (dan anak pada akhirnya akan mengetahui bahwa orang tuanya memang tidak tahu..)

Jadi, ayo kita belajar kembali ke "sekolah" agar punya pengetahuan yang sama dengan anak kita
Ayo buka buku, browsing internet, tanya guru, atau bahkan tanya siapa saja untuk dapat menjawab semua pertanyaan anak. Mari kita isi otak anak dengan hal-hal baik apalagi jika "isi" tersebut datang dari orang tuanya. Sekolah bukan penanggung jawab utama kecerdasan mereka...
Kitalah yang paling bertanggung jawab akan kecerdasan dan tumbuh kembang mereka

Rabu, 12 November 2008

Tantrum

"Bunda, kenapa sih adek suka ngamuk kalau nangis atau kalau ngambek...??"
Pertanyaan kakak Ori terlontar melihat adeknya Quina tak henti-henti menjerit-jerit dan meraung-raung karena tak berhasil membuat ibunya mengerti apa yang diinginkannya
"memangnya aku waktu kecil suka ngamuk juga gitu ?" kakak Ori masih terheran-heran

Sebenarnya Adek mencari jepit rambutnya dan meminta saya mencarinya, tetapi saya tak memahami jepit rambut mana yang dicarinya karena dengan kemampuan terbatasnya dalam mendeskripsikan suatu benda yang dimaksud, saya malah menjadi bingung, jempit rambut yang mana ya.....

Karena tak berhasil memahami maksudnya, saya berulang kali menanyakan Adek, yang biru ? yang pink ? yang ada bentuk apanya dek.....
Hasilnya, Adek tambah marah, tambah menjerit-jerit, "cariiiiinnn......" teriaknya
tanpa mau bicara lain untuk menambah keterangan sang jempit rambut tersebut, duh...
Biasanya jika apa yang dihendaki telah terpenuhi, amukannya langsung mereda

Teman, bapak..., ibu....
pernahkan anak anda mengalami tantrum seperti adek ?
pernahkah anak anda mengamuk di Supermarket apalagi hingga berguling-guling
atau pernahkah menemukan anak lain yang mengalami hal seperti itu, hingga orang tuannya stress. Itulah yang disebut Tantrum

Penney Hames, dalam bukunya Menghadapi dan Mengatasi Anak Yang Suka Mengamuk (gara-gara Adek suka ngamuk nih baca buku ini...),
Tantrum atau mengamuk adalah ledakan emosi yang kuat yang terjadi ketika anak balita anda merasa lepas kendali. Tantrum adalah demonstrasi praktis dari apa yang dirasakan oleh anak dalam dirinya, kacau, bingung, dan berantakan. Hampir semua tantrum atau amukan terjadi ketika anak balita sedang bersama orang yang paling dicintainya- artinya, kemungkinan besar ketika bersama anda.

Jadi tidak heran, saat saya tanyakan soal kebiasaannya ini, menurut ibu gurunya di play group, Quina adalah anak manis padahal saya sudah mati-matian menjadi orang tua yang sabar di banyak kesempatan

Setiap anak, mempunyai kemampuan kendali emosi yang berbeda-beda, jadi kalau Kakak Ori tak pernah mengamuk, bukan berarti adiknya yang notabene se-Ayah se-Ibu, akan tidak mengamuk juga, terbukti !!!

tapi, teman, bapak...ibu...
jangan khawatir, ini masih kata Bu Penney Hames (seorang psikolog klinis anak),
bahwa dari satu segi, mengamuk adalah langkah-langkah maju yang alami yang sering terjadi, dan percaya atau tidak, bersifat positif di dalam perkembangan anak. Amukan membuktikan bahwa anak Anda mulai mengembangkan suatu perasaan akan diri dan tempat dirinya di dalam dunia. Mengamuk adalah cara anak menghadapi frustasi yang dia rasakan ketika dia tidak mampu lagi mempertahankan perasaan yang masih rapuh tentang diri dan tempatnya di dunia

Ada tips dari ibu Penney ini,
Jika Anda harus berkata "tidak" kepada anak balita Anda (anak yang suka mengamuk biasanya tidak bisa menerima kata "tidak" dan bisa memicu sebuah amukan ), tawarkan dua pilihan lain sehingga dia masih merasa memiliki kendali. pilihan memberi kesempatan kepada anak untuk melarikan diri dengan tidak kehilangan harga diri

Jadi yang bisa kita lakukan sebagai orang tua adalah
sabar....sabar....sabar....belajar...belajar...belajar....pahami...pahami...pahami...
Insya Allah, sang pengamuk akan terkendali, jadi bukan mencubitnya atau malah memukulnya ketika stress menghadapi amukan anak, sebab jika terjadi hal seperti itu maka kita sedang menambahkan masalah pada diri sang pengamuk tersebut (dan masalah kita juga tentu...)

Jadi yang bisa saya lakukan untuk Ori atas pertanyaannya,
"Adek bingung kak, karena menurut Adek kok Bunda gak ngerti-ngerti maunya Adek, tapi Adek juga masih terlalu kecil untuk bisa menjelaskan ke Bunda sebenarnya yang Adek mau itu apa, jepit yang mana...gitu lo Kak.."
"Oooohhh......kayaknya jepit pink yang ada kelincinya itu deh Bun..."
Bang!!!!%$##...kok Kakak Ori lebih tahu ya...duuuhhhh.....susahnya jadi orang tua..

Ninja Prerempuan...


"Bunda, betulkah perempuan gak bisa jadi ninja ????"

itu pertanyaan kakak Ori minggu lalu

"siapa yang bilang begitu???"

"kata Kak Ichad, perempuan gak bisa jadi ninja, makanya gak ada ninja perempuan...."

kak Ichad adalah kakak kelasnya di sekolah yang biasa pulang bersama-sama Ori dalam satu mobil jemputan

"hhhmmmm....kalau menurut Bunda semua orang baik laki-laki atau perempuan bisa kok jadi ninja asal mau berlatih dan siap menanggung resiko jadi ninja"

Cling!!! kakak Ori langsung tersenyum,

"memangnya Ori mau jadi ninja ?"

"enggak sih...tapi masa kata kak Ichad gitu...."

Saya menjelaskan panjang lebar, bahwa setiap anak laki-laki ataupun perempuan punya kesempatan yang sama untuk menjadi apa saja yang diinginkannya asal giat berlatih dan rajin belajar (belajar jadi ninja....hihihi...lucu juga ya..tapi namanya juga anak-anak...)


Melihat mimik Ori yang serius saat bertanya, saya berusaha serius menanggapi meskipun sebetulnya berusaha menahan senyum

Saya berusaha meyakinkannya bahwa ini bukan masalah perempuan atau laki-laki, tetapi masalah siapa yang rajin dan giat berlatih yang akan suskses mencapai cita-cita


Alhamdulillah......

kemarin saat Ori pulang sekolah (kebetulan saya ambil cuti dan bagi seorang ibu bekerja kapan lagi "pamer" bisa menjemput anak ke sekolah....hehe..) dengan bersemangat Ori bercerita, bahwa hari itu ada guest teacher yang datang ke sekolahnya, dua orang Astronom dari ITB, katanya, "Bunda, astronomnya perempuan lo....dua-duanya..." ujarnya dengan bangga

Ori ternyata dapat menyerap sebuah kebanggaan ketika menemukan ada profesi yang dianggapnya hebat yang dijalani perempuan, sama seperti dirinya perempuan...


Saya hanya ingin menanamkan bahwa menjadi perempuan haruslah bangga dan memotivasinya jangan terjebak masalah gender sehingga dia terpaksa memilih cita-cita dan keinginan karena sudah terkotak-kotak sebagai "bagian perempuan" atau "bagian laki-laki", seperti yang sering dilakukan masyarakat kita